HUBUNGAN PENGETAHUAN ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN ANGKA KEJADIAN ANEMIA PADA LANSIA

  • Dinar Mutiara Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
  • Susanti Ratunanda Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
  • Muhammad Fikri Al Ghifari Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
  • Endry Septiadi Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia

Abstract

Anemia ialah satu kondisi dimana terjadinya penurunan jumlah hemoglobin sehingga terjadi ketidakcukupan jumlah oksigen yang di bawa ke jaringan perifer. Seseorang dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin <13 g/dL pada pria dewasa serta <12 g/dL pada wanita dewasa berdasarkan WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penurunan fungsi kognitif dapat memungkinkan kurangnya pengetahuan tentang anemia. Menurunnya kemampuan absorbsi besi dapat menyebabkan anemia. Asupan protein yang kurang membuat pengangkutan besi terhambat sehingga dapat terjadi anemia. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan asupan zat besi dan protein dengan angka kejadian anemia pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dan pengamatannya secara cross sectional. Pemerolehan sampel diperoleh secara non- probability sampling yakni memakai metode consecutive sampling dan diperoleh 35 sampel. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan alat hematologi fotometer, isi kuesioner, dan isi lembar food recal 2x24 jam. Didapatkan bahwa 45,71% responden mengalami anemia, mayoritas responden memililiki tingkat pengetahuan kurang terhadap anemia (57,14%). Sebanyak 68,75% responden mempunyai asupan zat besi yang inadekuat dan sejumlah 60% responden memiliki asupan protein inadekuat. Berdasarkan hasil pengujian statistik chi-square terdapat hubungan yang memiliki hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan anemia  nilai p = 0,008, ada hubungan yang memiliki hubungan yang bermakna antar asupan zat besi dengan anemia  nilai p = 0,027, dan adanya hubungan yang  bermakna antara asupan protein dengan anemia dengan nilai p = 0,019. Kesimpulan penelitian ini subjek penelitian yang mengalami anemia kemungkinan dikarenakan pengetahuan yang kurang, asupan zat besi  dan proteinnya yang masih belum mencukupi sehingga terjadi anemia.


Anemia ialah satu kondisi dimana terjadinya penurunan jumlah hemoglobin sehingga terjadi ketidakcukupan jumlah oksigen yang di bawa ke jaringan perifer. Seseorang dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin <13 g/dL pada pria dewasa serta <12 g/dL pada wanita dewasa berdasarkan WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penurunan fungsi kognitif dapat memungkinkan kurangnya pengetahuan tentang anemia. Menurunnya kemampuan absorbsi besi dapat menyebabkan anemia. Asupan protein yang kurang membuat pengangkutan besi terhambat sehingga dapat terjadi anemia. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan asupan zat besi dan protein dengan angka kejadian anemia pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dan pengamatannya secara cross sectional. Pemerolehan sampel diperoleh secara non- probability sampling yakni memakai metode consecutive sampling dan diperoleh 35 sampel. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan alat hematologi fotometer, isi kuesioner, dan isi lembar food recal 2x24 jam. Didapatkan bahwa 45,71% responden mengalami anemia, mayoritas responden memililiki tingkat pengetahuan kurang terhadap anemia (57,14%). Sebanyak 68,75% responden mempunyai asupan zat besi yang inadekuat dan sejumlah 60% responden memiliki asupan protein inadekuat. Berdasarkan hasil pengujian statistik chi-square terdapat hubungan yang memiliki hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan anemia  nilai p = 0,008, ada hubungan yang memiliki hubungan yang bermakna antar asupan zat besi dengan anemia  nilai p = 0,027, dan adanya hubungan yang  bermakna antara asupan protein dengan anemia dengan nilai p = 0,019. Kesimpulan penelitian ini subjek penelitian yang mengalami anemia kemungkinan dikarenakan pengetahuan yang kurang, asupan zat besi  dan proteinnya yang masih belum mencukupi sehingga terjadi anemia.


 


Kata kunci: anemia, asupan protein, asupan zat besi, pengetahuan


DOI : 10.35990/mk.v7n0.p48-59

References

1. I Made Bakta. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. edisi VI. Setiati S, editor. Interna Publishing; 2014. 2577.
2. Desai A, Guerrero T. Anemia in the Elderly: Knowledge, Attitudes, and Perception of Primary Care Physicians. MGM J Med Sci. 2019;6(1):1–5.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). 2018.
4. Izzani R. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Konsumsi Tablet Fe saat Menstruasi pada Mahasiswi FKM UNAIR Surabaya. Vol. 7, Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 2018. p. 78.
5. Stauder R, Valent P, Theurl I. Anemia at older age: etiologies, clinical implications, and management. Blood. 2018;131(5):505–14.
6. Andrès E, Serraj K, Federici L, Vogel T, Kaltenbach G. Anemia in elderly patients: New insight into an old disorder. Geriatr Gerontol Int. 2013;13(3):519–27.
7. RISKESDAS. No Title. Ris Kesehat Dasar. 2018;(Prevalensi Anemia menurut Karakteristik):523.
8. Alamsyah PR, Andrias DR. Hubungan Kecukupan Zat Gizi Dan Konsumsi Makanan Penghambat Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Pada Lansia. Media Gizi Indones. 2017;11(1):48.
9. Harna H, Arianti J, Nuzrina R. Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro Dan Aktivitas Fisik Dengan Fungsi Kognitif Lansia Di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat. Media Gizi Mikro Indones. 2020;11(2):117–26.
10. Firdaus R. Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Status Anemia dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia. Faletehan Heal J. 2020;7(1):12–7.
11. Girelli D, Marchi G, Camaschella C. Anemia in the elderly. HemaSphere. 2018;2(3).
12. Chaparro CM, Suchdev PS. Anemia epidemiology, pathophysiology, and etiology in low- and middle-income countries. Ann N Y Acad Sci. 2019;1450(1):15–31.
13. United Nations Department of Economic and Social Affairs population division. World Population Ageing 2019 [Internet]. Vol. Highlights, World Population Ageing 2019. 2019. 64 p. Available from:http://www.un.org/esa/population/publications/worldageing19502050/pdf/65executivesummaryspanish.pdf%0Ahttp://link.springer.com/chapter/10.1007/978-94-007-5204-7_6
14. Lestari HI. The Role of Vitamin D and Hepcidin in Pathophysiology of Anaemia in Children with Chronic Kidney Disease. Sriwijaya Journal of Medicine :95–110.
15. Jameson JL, Fauci AS, Kasper DL, Hasuer SL, Longo L, Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi XX. McGraw-Hill Professional Publishing;2018. 4384 p.
16. Helms CC, Gladwin MT, Kim- Shapiro DB. Erythrocytes and vascular function: Oxygen and nitricoxide. Front Physiol. 2018;9(FEB):1-9
17. Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. edisi XII. Djauhari M, editor. Elsevier Health Scienses Publishing; 2019. 1102 p.
18. Ali ET, Jabbar AS, Mohammed AN. A Comparative Study of Interleukin 6, Inflammatory Markers, Ferritin,and Hematological Profile in Rheumatoid Arthritis Patients with Anemia of Chronic Disease and Iron Deficiency Anemia. Anemia. Reasearch Article 2019; 2019. 7 p.
19. Litwack G. Textbook of Human Biochemistry. 1st edition. Devlin MT, editor. 2017. 778 p.
20. Budiman, A. Riyanto. Buku Kapita Selekta: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Kota Tasikmalaya. Salemba Medika Publishing. 2014. 224 p.
Published
2024-01-25
How to Cite
MUTIARA, Dinar et al. HUBUNGAN PENGETAHUAN ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN ANGKA KEJADIAN ANEMIA PADA LANSIA. Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, [S.l.], p. 48-59, jan. 2024. ISSN 2655-6537. Available at: <http://medikakartika.unjani.ac.id/medikakartika/index.php/mk/article/view/932>. Date accessed: 27 apr. 2024.